Entri Populer

Rabu, 23 Maret 2011

inversio uteri

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal merupakan masalah besar namun sejumlah kematian yang cukup besar tidak dilaporkan dan tidak tercatat dalam statistik resmi. Tingkat kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5 – 10 per 100.000 kelahiran penduduk, sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup .
Penyebab kematian maternal cukup kompleks, salah satunya adalah terjadinya perdarahan post partum . Perdarahan post partum adalah sebab penting kematian ibu, ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan post partum, plasenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri) disebabkan oleh perdarahan post partum. Yang termasuk etiologi perdarahan post partum adalah atonia uteri, retensio plasenta, trauma jalan lahir, inversio uteri, ruptur uteri dan gangguan sistem pembekuan darah .
Inversio uteri merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan obstetrik yang jarang terjadi (1 per 2000 – 12.000 kelahiran), namun umumnya kelainan tersebut menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian yang tinggi (15 – 70%), biasanya yang terjadi adalah syok yang berat.
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim berbalik, menonjol melalui serviks (leher rahim) ke dalam atau ke luar vagina.inversio uteri biasanya terjadi jika seorang pembantu tenaga medis yang kurang berpengalaman terlalu banyak menekan puncak rahim atau terlalu keras menarik tali pusar dari ari-ari yang belum terlepas.keadaan ini bisa menyebabakan terjadinya syok, infeksi dan kematian.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan inversion uteri?
2. Bagaimana insiden terjadinya inversion uteri?
3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi inversion uteri?
4. Bagaimana etiologi terjadinya inversion uteri?
5. Bagaimana Gejala klinis dari inversion uteri?
6. Sebutkan dan jelaskan Presentasi inversion uteri?
7. Bagaimana Diagnose inversion uteri ditegakkan?
8. Bagaimana cara Penanganan inversion uteri?
9. Jelaskan Manajemen penanganan inversion uteri?
10. Komplikasi apa saja yang mungkin menyertai inversion uteri?
11. Gambaran Prognosis dari penanganan inversion uteri?


C. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud inversion uteri.
2. Menggambarkan insiden terjadinya inversion uteri.
3. Menjelaskan klasifikasi inversion uteri.
4. Menjelaskan etiologi terjadinya inversion uteri.
5. Menjelaskan bagaiman gejala klinis dari inversion uteri.
6. Menjelaskan presentasi inversion uteri.
7. Menjelaskan diagnosa inversion uteri.
8. Menjelaskan cara penanganan inversion uteri.
9. Menjelaskan manajemen penanganan inversion uteri.
10. Mengetahui komplikasi apa saja yang mungkin memyertai inversion uteri.
11. Menggambarkan bagaimana prognosis dari penanganan inversion uteri.





A. Definisi inversio uteri
 Inversio uterus terjadi apabila Bagian atas uterus memasuji kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri (Prawihardjo Sarwono, Prof. Dr, Ilmu Kebidanan ; Jakarta)
 Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri (Rustam Muchtar. Prof. Dr. MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid I, edisi 2 ; 1998)

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian ini biasanya disebabkan pada saat melakukan persalinan plasenta secara Crede, dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik. Inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok adapun menyebutkan bahwa inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya kedalam kavum uteri.

B. Insiden inversio uteri
Inversio Uteri merupakan kejadian yang sangat jarang terjadi yaitu berkisar antara 1:2000s/d 20.000 kehamilan namun dengan cepat dapat menyebabkan mortalitas maternal. Ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem.

C. Klasifikasi inversio uteri
Menurut perkembangannya inversio uteri dapat dibagi dalam beberapa tingkat :
1) Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2) Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
3) Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian besar sudah terletak diluar vagina.
Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi :
1) Inversio inkomplit
Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri.
2) Inversio komplit
Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.


Gambar 1 Reposisi Inversio Uteri.
( a ) Inversio uteri berat/ komplit ( b ) Reposisi uterus melalui servik. ( c ) Restitusi uterus

D. Etiologi
Penyebab inversio uteri dapat secara spontan atau karena tindakan. Faktor yang memudahkan terjadinya adalah uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya, adanya atonia uteri dan adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah. sedangkan yang spontan dapat terjadi pada grandemultipara, atonia uteri, kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah, kanalis servikalis yang longgar), dan tekanan intra abdominal yang tinggi (misalnya mengejan dan batuk).
Inversio uteri karena tindakan dapat disebabkan karena perasat Crede yang berlebihan, tarikan tali pusat, dan pada manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada perlekatan plasenta pada dinding rahim atau Karna tindakan atraksi pada tali pusat yang berlebihan yang belum lepas dari dinding rahim. inversio uteri juga dapat terjadi waktu batuk, bersin atau mengejan.
Berbagai faktor etiologi telah dikaitkan dengan inversi uterus, walaupun mungkin tidak ada penyebab yang jelas. Diidentifikasi faktor etiologi meliputi:
 Tali pusat yang pendek
 Traksi yang berlebihan pada tali pusat
 Tekanan pada fundus yang berlebihan
 Sisa plasenta dan abnormal perlekatan plasenta (inkreta, perkreta, akreta)
 Menarik terlalu keras pada tali pusar untuk mempercepat pelepasan plasenta, terutama jika plasenta melekat pada fundus.
 Endometritis kronis
 Kelahiran setelah sebelumnya operasi caesar
 Cepat atau tenaga His yang panjang
 Sebelumnya rahim inversi
 Obat tertentu seperti magnesium sulfat (sebagai relaksan otot selama persalinan)
 Unicornuate rahim
 Kelainan bawaan atau kelemahan rahim.
Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic (gambar 2 )

 Gambar 2. Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri
Hal ini biasanya tidak dianggap sebagai akibat dari penata laksanaan kala III persalinan yang salah meskipun faktor-faktor yang tercantum di ataspun memegang peranan penting dalam menimbulkannya, Namun sering kali dianggap berasal dari manajemen yang buruk pada kala III persalinan, jika manajemen aktif kala III persalinan dilakukan dengan baik maka dapat mengurangi resiko kejadian.

E. Gejala klinis
Gejala inversion uteri dijumpai pada kala III atau postpartum. gejalanya pada permulaan tidak selalu jelas, akan tetapi apabila kelainan itu sejak awalnya tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok. Rasa nyeri keras disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulo pelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal. Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok.
Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik.
Pada pemeriksaan dalam, bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

F. Presentasi
inversi uterus mungkin hadir:
• Akut - dalam waktu 24 jam setelah melahirkan
• Subacutely - lebih dari 24 jam dan sampai 30 hari postpartum
• Kronis - lebih dari 30 hari setelah melahirkan

G. Diagnosa
Penegakan diagnosis sangat penting dan mungkin menyelamatkan nyawa ibu. Diagnosis tidak sukar dibuat jika mengetahui kemungkinan terjadinya inversio uteri. Pada penderita dengan syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak di atas serviks uteri atau dalam vagina, sehingga diagnosis inversio uteri dapat dibuat. Diagnose juga bisa ditegakkan apabila pemeriksa menemukan beberapa tanda inversi uterus yang mencakup:
- Uterus menonjol dari vagina.
- Fundus tidak tampaknya berada dalam posisi yang tepat ketika dokter palpasi (meraba) perut ibu.
- Adanya perdarahan yang tidak normal dan perdarahannya banyak bergumpal.
- Tekanan darah ibu menurun (hipotensi).
- Ibu menunjukkan tanda-tanda syok (kehilangan darah) dan kesakitan
- Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat.
- Bila baru terjadi maka, maka perognosis cukup baik akan tetapi bila kejadian cukup lama maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi.
- Pemeriksaan penunjang (seperti USG atau MRI) dapat digunakan dalam beberapa kasus untuk memperkuat diagnosis.

H. Penanganan
90% kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan “life-threatening”.
• Bila terjadi syok atau perdarahan, gejala ini diatasi dulu dengan infus intravena cairan elektrolit dan tranfusi darah.
• Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
• Segera lakukan tindakan resusitasi.
• Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat .
• Lakukan tindakan resusitasi dengan cara: Tangan seluruhnya dimasukkan ke vagina sedang jari tengah dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui serviks uteri yang mungkin sudah mulai menciut, telapak tangan menekan korpus perlahan-lahan tapi terus menerus kearah atas agak kedepan sampai korpus uteri melewati serviks dan inversion.
• Salah satu tehnik reposisi lain yaitu dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula . Rangkaian tindakan ini dapat dilihat pada gambar 1 diatas.
• Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilikus sampai uterus kembali keposisi normal.
• Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin atau Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin kemudian dan jika dianggap masih perlu, dilakukan tamponade uterovaginal dan setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
• Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi ( gambar 3 )

Gambar 3

I. Manajemen penanganan
Prinsip-prinsip penting adalah:
- Pengobatan harus mengikuti perkembangan logis.
- Hipotensi dan hipovolemia memerlukan cairan agresif dan penggantian darah.
- Langkah mungkin termasuk:
• Dapatkan bantuan. Ini harus mencakup anestesi yang paling berpengalaman bantuan yang tersedia.
• Secure akses intravena lebih lanjut dengan lubang yang besar cairan cannulae dan dimulai. Resusitasi biasanya dimulai dengan kristaloid seperti normal saline atau larutan Hartmann meskipun beberapa orang lebih suka koloid dari awal.
• Masukkan kateter kemih.
- Segera reposisi uterus sangat penting untuk inversi nifas akut. Ukuran bisa meliputi:
• Dapatkan bantuan dan mempersiapkan teater untuk laparotomi mungkin.
• tocolytics Administer untuk memungkinkan relaksasi rahim. Sebagai contoh:
Nitrogliserin (0,25-0,5 mg) secara intravena selama 2 menit
Atau terbutaline 0,1-0,25 mg intravena perlahan-lahan atau
Magnesium sulfat 4-6 g intravena selama 20 menit
- Percobaan prompt penggantian rahim. Hal ini paling baik dilakukan secara manual dan secepat keterlambatan dapat membuat pengganti semakin sulit. Ganti rahim (dengan plasenta jika masih menempel) dengan perlahan dan terus mendorong ke atas.
- Jika ini gagal maka anestesi umum biasanya diperlukan. rahim kemudian dapat digantikan dengan menempatkan tinju di fundus dan secara bertahap mendorongnya kembali ke dalam panggul melalui leher rahim melebar secara manual.
- Menjaga bimanual kompresi uterus dan pijat sampai rahim baik dikontrak dan perdarahan telah berhenti.
- Jika ini tidak berhasil pendekatan bedah diperlukan. Laparotomi untuk penggantian bedah yang lebih biasa (menemukan dan menerapkan traksi ke ligamen putaran), tetapi atau bahkan pendekatan laparoskopi vagina dapat digunakan.
- Jika Anestesi umum atau rahim relaksan kemudian berhenti, diganti dengan uterotonika ( oksitosin atau ergometrine atau prostaglandin ).
- Antibiotik Mulai diberikan melanjutkan uterotonika yang sbelumnya diberikan selama paling sedikit 24 jam. Monitor erat setelah penggantian untuk menghindari reinversion.
- Pada inversio uteri menahun, ditemukan beberapa lama setelah persalinan sebaiknya ditunggu berakhirnya involusi untuk kemudian dilakukan operasi pervaginam menurut spinelli.

J. Komplikasi
Komplikasi meliputi endomyometritis , kerusakan usus atau pelengkap rahim.

K. Prognosis
Prognosis inversi uteri di pengaruhi oleh kecepatan penanganan, makin lambat keadaan ini di ketahui dan di obati makin buruk prognosanya dan jika dikelola dengan benar maka akan membawa prognosa yang baik pula.










BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan pada kala III persalinan yang dapat menimbulkan perdarahan adalah terjadinya inversi uterus. Inverse uterus adalah keadaan di mana lapisan dalam uterys (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat komplit dan inkomplit.
Factor factor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah(misalnya karena adanya plasenta akreta, inkreta, dan perkreta yang plsentanya ditarik keras dari bawah) atau adanya tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver crade) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba tiba (misalnya batuk keras atau bersin).
Melakukan traksi umbilicus pada pertolongan aktif kala III dengan uterus yang masih atonia memungkinkan terjadinya inversio uteri.
Inversion uteri ditandai dengan tanda- tanada:
• Syok karena kesakitan.
• Perdarahan banyak bergumpal.
• Pada vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat.
• Bila baru terjadi, maka prognosisnya cukup baik akan tetapi jika kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis dan infeksi.
Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan terjadinya inversio uteri. Tarikan pada tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas sebaiknya tidak dilakukan apabila dicoba melakukan perasat Crede harus diindahkan sepenuhnya syarat-syaratnya. Pendorongan rahim juga tidak dibenarkan.
Penangannya yaitu apabila terjadi inversio uteri dengan gejala-gejala syok, yang pertama dilakukan adalah memperbaiki keadaan umumnya, dengan memberikan oksigen, infus intravena cairan elektrolit dan transfusi darah. Segera sesudah itu dilakukan reposisi dengan anestesi umum. Caranya yaitu dengan memasukkan satu tangan seluruhnya ke dalam vagina sedangkan jari-jari tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui serviks uteri, telapak tangan menekan korpus perlahan-lahan tetapi terus menerus ke arah atas agak ke depan sampai korpus uteri melewati serviks dan inversio ditiadakan, Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin atau uterotonika (oksitosin, methergin, atau prostaglandin) jika dianggap masih perlu. Kemudian dilakukan tamponade vagina.
Apabila reposisi pervaginam gagal, selanjutnya dapat dilakukan tindakan pembedahan (Laparatomi).

B. Saran




















DAFTAR PUSTAKA
• Wiknjosastro, H., Inversio Uteri, Ilmu Kebidanan, hal 22-24 dan hal 660-662, Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran UI, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Prawirohardjo, 1997.
• http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=ms|id&u=http://yuchan135.blogspot.com/2010/06/inversio-uteri.html
• http://anggrekidea.blogspot.com/2007/11/perdarahan-postpartum_15.html
• http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/inversio-uteri.html
• http://medicom.blogdetik.com/2009/03/18/inversio-uteri/
• http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/07/inversio-uteri.html
• http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.patient.co.uk/doctor/ UterineInversion.htm&ei=rhsTTcjABYTSrQeFxOjJCw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=3&ved=0CDAQ7gEwAg&prev=/search%3Fq%3Dinversion%2Buteri%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26channel%3Ds%26prmd%3Divns
• http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Uterine_inversion&ei=rhsTTcjABYTSrQeFxOjJCw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=6&ved=0CEcQ7gEwBQ&prev=/search%3Fq%3Dinversion%2Buteri%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26channel%3Ds%26prmd%3Divns
• http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.medscape.com/viewarticle/405770_4&ei=rhsTTcjABYTSrQeFxOjJCw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=5&ved=0CD4Q7gEwBA&prev=/search%3Fq%3Dinversion%2Buteri%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26channel%3Ds%26prmd%3Divns
• http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2432450/pdf/provmedsurgj00017-0007.pdf
• http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.scribd.com/doc/31358980/Inversio-Uteri&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjYexJ4dV6Wdp0HHAQLM2rIX20iXg
• http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=ms|id&u=http://yuchan135.blogspot.com/2010/06/inversio-uteri.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar